R.A Kartini siapa yang tidak kenal dengan beliau? setiap tahun tepat di tanggal 21 April selalu di peringati sebagai hari Kartini. Sejak di bangku sekolah dasar dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia saya sering melihat kutipan kata - kata beliau. referensi nya tentu saja dari surat yang beliau kirim kan kepada para sahabat pena beliau. Jaman saya kecil dulu internet belum ada bebas seperti sekarang. lagi pula saya lahir besar hingga SMP (kelas 2, sekarang VIII) di Biak, Papua. Ditambah orang tua saya kurang mendukung saya dalam hal literasi. Tidak saya tidak menyalahkan orang tua saya, keadaan waktu itu sulit untuk mendapatkan buku bacaan dan kalaupun ada harganya mahal. Bahkan untuk saat ini un tuk harga buku Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis Tot Licht) R.A Kartini ini masih termasuk tinggi menurut saya.
Dulu, jaman sekolah saya pernah ke perpustakaan sekolah untuk mencari buku kumpulan surat kartini dan hasilnya NIHIL! aneh, menurut saya buku yang harusnya ada, wajib ada untuk menjadi teladan para pelajar khususnya wanita, agar berani mengejar mimpi malah tidak ada. Pindah ke Jawa masih tetap saya cari di perpustakaan sekolah dan hasilnya sama !. Sebuah perpustakaan sekolah SMP dan SMA Negeri yang katanya terbaik di tempat tinggal saya, di jawa, tanpa buku ini sangat aneh bukan? saya kecewa. hingga akhirnya saya lupa akan niat saya ini. untuk informasi buku yang ada di tangan saya ini merupakan buku cetakan tahun 2018, pernah di cetak tahun 2010 oleh penerbit Narasi. saya jadi bertanya apakah memang jaman saya sekolah dulu belum ada buku ini yang di translate dalam bahas indonesia? Saya lulus sekolah SMA tahun 2009.
Kembali ke topik, di benak saya selalu ada pertanyaan Kenapa beliau menjadi sosok emansipasi wanita indonesia ? Tindakan hero apa gerangan yang beliau lakukan ? Seperti apa ya sosok beliau? tantangan apa saja yang beliau lalui ? banyak pertanyaan yang ingin saya ketahui jawabannya. Akhirnya, baru tahun ini saya dapat memiliki buku idaman ini. Itu pun tanpa sengaja,karena melihat buku fenomenal ini di rak buku. biasanya setiap ke gramedia saya tahu betul buku apa yang hendak saya beli. Saya membatasi diri saya berputar - putar di gramedia. takut kantong jebol.
Dalam buku ini ada banyak hal yang membuat saya takjub dengan sosok beliau. Di jaman yang sudah seratus tahun berlalu masalah yang kita hadapi masih mirip bahkan sama dengan saat ini. Bagaimana bisa beliau berpikiran semodern itu, di kelilingi adat istiadat yang kolot. Di jaman itu beliau sudah berani bermimpi untuk sesuatu yang tidak lumrah di jamannya dan untuk kepentingan orang banyak. Bayangkan, pergolakan batin beliau antara mewujudkan cita - cita yang mulia dan menjaga nama baik keluarga itu bukan hal mudah.
Jika di bandingkan drama kolosal Jawel in the palace atau Djang geum, saya rasa jika di buat film, Kartini ini akan spektakuler!. Semua kereteria dan intrik ada di dalam nya. Bagaimana seorang anak dengan gelar bangsawan begitu cinta pada ilmu pengetahuan. Dengan pena di awal perjuangannya beliau melontarkan pemikiranya lewat surat kabar. Cinta anak yang begitu besar kepada Ayah handa, demi menjaga nama baik harus bersabar dengan cita - cita luhur. Tulus nya hati seorang wanita untuk memperjuangkan nasib wanita bumi putra lain. Spektakuler!
Banyak pemikiran beliau yang saya amini, walau tentu saja kotroversial. Soal agama, mungkin akan banyak yang merasa ini tidak benar tapi itu kenyataan.
"Agama dimaksudkan sebagai berkah bagi kemanusiaan; "
R.A Kartini hal 23, Door Duiternis Tot Lic
Sampai saat ini negeri ini masih saja ribut karena perbedaan agama dan cara menyembah tuhannya. menyedihkan di negeri yang sama, jauh seratus tahun yang lalu kita masih bergulat dengan issue ini. tolong saya tidak bermaksut merendahkan tapi renungkan. Seorang putri bumi putra, yang bahkan untuk mengenyam pendidikan formal sangat keterbatasan, bisa memikirkan ini di usia nya yang muda. Beliau meninggal di usia yang muda, di usia dua puluh lima tahun. 25 tahun, anak muda itu mampu memperjuangkan dan menginspirasi banyak orang. Sungguh malu saya di usia 29 tahun bahkan belum berjuang semaksimal mungkin untuk cita - cita saya. Sungguh serasa tertampar gelar S1 ini hendak di apakan dan untuk apa?
Membaca buku habis gelap terbitlah terang, memberikan kita cerminan orang hindia (dalam konteks ini Indonesia) berubah, namun tidak total berubah, sungguh. Sejak dulu orang kita sangat suka ikut - ikutan, sekaligus kaku! suka mengikuti trend gaya ala Netherland, tapi tidak dengan memberi ijin pendidikan bagi wanita. Tidak memberikan kemerdekaan bagi wanita untuk hidup mandiri. Dengan alasan adat istiadat. Syukurlah sekarang sudah banyak berubah dari sisi pendidikan walau tetap saja ada yang berpendapat wanita kerjanya 3 M ; macak, masak, manak (berias, masak dan melahirkan).
Saya sendiri penganut aliran percuma bergelar tinggi jika cuma di rumah saja!. Namun saya berbeda, saya memberikan semangat motivasi ini pada diri saya. "Saya sarjana, harus dapat melakukan sesuatu!", walau di rumah, saya tidak akan hanya berakhir dengan saja! harus ada yang saya lakukan. Saya yakin saat ini sarjana adalah hal yang lumrah atau umum. Tapi hal mewah untuk keluarga saya, di keluarga inti ini (bapak, ibu, anak), saya yang pertama mendapat kan gelas sarjana. Entah lah yang jelas saya memiliki impian untuk sesuatu di masa depan, tidak berakhir begini saja.
buku terbitan Narasi jogyakarta ini berisi 588 halaman, berisikan surat dengan tujuh orang sahabat pena Raden Ayu Kartini. Jika keuangan kawan lebih saya sangat menganjurkan membeli buku ini, terutama jika memiliki anak putri. Buku ini dapat memotivasi para generasi muda. Dari buku ini kita juga belajar banyak hal tentang kehidupan.
Raden Andjeng Kartini mengupayakan pendidikan ilmu seni, ilmu kesehatan, ilmu merawat orang sakit, ilmu membalut serta jahit - menjahit, merenda, menyulam dan kerumah tangga. Secara pribadi saya merangkum pemikiran cita - cita beliau dulu ke jaman sekarang. kurang lebih, jika dulu bahasa internsaionalnya bahasa belanda, maka sekarang wajib untuk kita dapat berbahasa Inggris. Seni harus tetap di pelihara, R.A roekmini adik dari R.A Kartini sangat berbakat dalam hal melukis, jaman dulu Jepara tersohor dengan ukir ukirannya sampai Netherland. ukir ukiran wayang sangat di minati. Batik sejak jaman dahulu sudah masuk dalam majalah - majalah belanda merupakan budaya hindia (Indonesia). tidak ada salahnya kita generasi sekarang belajar dan melestarikan budaya ini.
Ilmu merawat orang sakit, membalut luka, menurut saya semua sudah bisa di jaman sekarang. Jahit menjahit, merenda dan menyulam juga sudah di ajarkan di kelas keterampilan di sekolah dasar. Ilmu kerumah tanggan yang di maksut oleh R.A Kartini pada jaman dulu adalah nilai uang, kurang lebih pelajaran ekonomi. Pada jaman beliau para laki - laki pegawai pemerintahan di suruh berhemat. Namun menurut beliau hal itu sia - sia belaka, jika wanita tidak mendukung para suami. Karena wanita jaman itu tidak di bekali pendidikan, maka tidak mengerti nilai dari sebuah uang.
over all, saya sangat suka dengan buku ini. Harganya buku yang lumayan jika di konversikan dengan nilai pengajarannya sangat tidak ternilai. Pesan saya sekali lagi cuma satu "Baca, buku ini teramat bagus sekali!". Sekian curhatan dan review buku habis gelap terbit lah terang (Door Duisternis Tot Licht) R.A Kartini, semoga tulisan saya ini bermanfaat. sampai jumpa lagi di postingan berikutnya.
salam sayang
uli mayang
No comments:
Post a Comment
Thanks for a nice comment
uli mayang.